Kamis, 28 Februari 2013

Komponen Komponen Dalam Neraca


Komponen komponen dalam Neraca

Neraca (balance sheet) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang disusun secara sistematis dan cronologis tentang kekayaan suatu perusahaan pada periode tertentu (menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tertentu). Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal yang dihubungkan dengan persamaan berikut:
A k t i v a = K e w a j i b a n + M o d a l

Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulan, kwartal, atau tahunan).
Bentuk atau format neraca dapat disajikan dalam dua bentuk laporan yaitu;
• Skontro (rekening). Laporan bentuk skontro atau rekening menyajikan rekening dalam dua sisi. Sisi kiri biasanya disebut Aktiva berisi semua akun klasifikasi Aktiva, dan sebelah kanan biasanya disebut Pasiva terdiri dari Kewajiban dan Modal.
• Stafel (laporan). Laporan bentuk stafel atau laporan, penyajiannya dibuat secara berurutan mulai dari Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas.
Neraca memiliki 3 unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas dengan penjelasan berikut ini :
1. Aktiva (Asset), dibagi dalam lima klasifikasi yaitu :
a. Aktiva Lancar (Current Asset) :
Yaitu aktiva yang manfaat ekonominya akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang sesuai dengan siklus normal perusahaan. Atau harta yang mudah dijadikan uang tunai atau harta yang selalu berubah – ubah saldonya
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah :
• Kas (Cash)
• Setara Kas
• Bank
• Surat-surat berharga (Marketable Securities)
• Piutang Dagang (Account Receivable)
• Penghasilan Yang Akan Diterima (Accruals Receivable)
• Pendapatan Yang Masih Harus Diterima (Accruaed Revenue)
• Piutang Bunga (Accrued Revenue)
• Piutang Sewa (Accrued Rent Receivable)
• Wesel Tagih (Note Receivable)
• Persediaan Barang Jadi
• Persediaan Barang Dalam Proses
• Persediaan Bahan Baku
• Perlengkapan (Supplies)
• Biaya-biaya dibayar dimuka (Prepaid Expenses)
• Sewa dibayar Dimuka (Prepaid Rent)
• Iklan Dibayar Dimuka (Prepaid of Advertising)
• Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance)
b. Investasi Jangka Panjang :
Yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahaan lain dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
Termasuk dalam klasifikasi ini antara lain :
• Investasi Saham,
• Investasi Obligasi
c. Aktiva Tetap (Fixed Asset) :
Yaitu aktiva yang memiliki wujud fisik yang dapat dipakai (masa manfaatnya) lebih dari satu tahun atau harta yang dipergunakan untuk penunjang kegiatan usaha, bukan untuk maksud diperjualbelikan.
Termasuk dalam klasifikasi ini antara lain :
• Tanah (Land)
• Gedung / Bangunan (Building)
• Peralatan (Equipment)
• Kendaraan (Equipment Delivery)
• Mesin-mesin (Machinery)
• Alat-alat (Tools)
• Dan lain – lain
d. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset) :
Yaitu aktiva yang tidak mempunyai wujud (substansi fisik) tetapi dapat dinilai dengan satuan mata uang. Yang biasanya memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Contoh :
• Goodwill
• Hak Cipta
• Hak Paten
• Hak Reklame
• Franchise, dan
• Lisensi
e. Aktiva Lain-lain :
Yaitu aktiva yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam salah satu klasifikasi diatas, contoh piutang kepada direksi dan beban ditangguhkan.

2. Kewajiban, dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu :
a. Kewajiban atau hutang Lancar (Current Liabilities)
Yaitu kewajiban / hutang yang harus segera dibayar atau hutang yang batas tempo pembayarannya 1 tahun atau dibawah 1 tahun
Contoh :
• Hutang Dagang (Account Payable)
• Hutang Pajak (Taxes Payable)
• Hutang Bunga (Interest Payable)
• Hutang Gaji
• Hutang Biaya
• Dan lain – lain
b. Kewajiban atau hutang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)
Yaitu hutang yang tempo pembayarannya lebih dari satu tahun
Contoh :
• Hutang Bank
• Hipotik
• Obligasi (Bond Payable)
• Dan lain-lain
c. Kewajiban atau hutang Lain-lain
Kewajiban yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam salah satu klasifikasi diatas, misalnya hutang perusahaan kepada direksi.

3. Ekuitas/Modal (Capital)
Yaitu jumlah kekayaan yang merupakan milik perusahaan .
Ekuitas dibagi dalam dua klasifikasi yakni :
• Ekuitas yang berasal dari setoran pemilik, missal modal saham termasuk agio saham (jika ada).
• Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada pemilik, biasanya dalam bentuk dividen yang dicatat dalam akun Laba Ditahan.

ANALISIS SWOT PT.UNILEVER


ANALISIS SWOT PT.UNILEVER

Kekuatan (Strengths)

1. Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan menampilkan model-model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang, sehingga memacu konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat mengalami sendiri hasil yang diterima si model dalam iklan tersebut.

2. PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan promosi yang telah mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut majalah marketing (top Brand Survey, edisi khusus 2007)

3. Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.

4. Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil, dan termotivasi di segenap jajaran.

5. Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti face care, savoury, dan ice cream.

6. Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, konsumen dan distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-rempat penjualan.

7. PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.

8. PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no compromise on quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk.

Kelemahan (Weaknesses)

1. PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa tantangan yang mesti dihadapi perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar departemen yang mempunyai agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua, komunikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda. Dan ketiga, resolusi konflik antara inisiatif dari dukungan departemen (SDM, keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk yang biasanya sangat berorientasi komersial.

2. Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.

3. Jumlah karyawan yang tambun.

4. Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan unilever indonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu.

5. Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.

6. Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.

7. Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.

8. Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri.

Kesempatan (Opportunities)

1. Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.

2. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan papua.

3. Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan konsumen.
4. Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara produksi kosmetik yang baik.

5. Luasnya potensial market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%) dan 122.922.553 (50,1%) perempuan.

6. Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods.

7. Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta dibawah 1.

8. Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk consumer goods 83 %.

Ancaman (Threats)

1. Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya.

2. Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

3. Melemahnya daya beli konsumen.

4. Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.

5. Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan tingginya biaya pemasaran produk.

6. Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.

7. Tidak konsistennya pasokan gas dari pertamina.

8. Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk tradisional-nasional menjadi produk-produk luar negeri.

9. Adanya campaign against unilever oleh greenpeace akibat penggundulan hutan yang membahayakan komunitas orang utan.

10. Adanya pemboikotan produk zionisme termasuk unilever.

11. Produk pesaing dengan harga lebih rendah.

Sumber :


Rangkuty, Freddy, 1998, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama