Rabu, 06 Maret 2013

Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
            Sebuah perusahaan terlihat sehat dilihat dari laporan-laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala oleh perusahaan tersebut kepada publik. Dalam hal PT. Bank Central Asia Tbk. sebagai salah satu perusahaan perbankan swasta terbesar di Indonesia, perlu menjadi objek kajian yang dikaji secara komprehensif atas keuangan internal organisasi perusahaannya. Kekuatan internal perusahaan terletak pada model pelayanan nasabah perbankan ini yang dilakukan menyeluruh yang dititik beratkan pada skema customer service yang mumpuni, namun dapat dengan optimal mengangkat reputasi perusahaan sebagai perusahaan swasta dengan pelayanan nasabah terbaik di Indonesia.
            Didirikan pada 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV, perusahaan yang pernah tergabung dalam grup usaha konglomerasi Sudono Salim ini dikenang dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai salah satu bank swasta yang dapat bertahan dari krisis moneter yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998. Krisis ini sendiri membawa dampak yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia secara umum dan secara khusus ikut mempengaruhi aliran kas dan dana tunai di perusahaan perbankan ini yang bahkan sempat mengancam kelanjutan usahanya. Nasabah yang menjadi panik menyebabkan bank ini kemudian perlu mendapat penanganan khusus dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang lalu mengambil alih bank ini di tahun 1998.
            Adalah menarik ketika tepat di akhir tahun 1998, perusahaan ini berhasil pulih dengan kembalinya dana pihak ketiga ke tingkat sebelum terjadinya krisis. Aset perusahaan ini meningkat drastis dari 53.36 triliun rupiah pada Desember 1997 menjadi 67.93 triliun Desember setahun kemudian. Kepercayaan nasabah pun berangsur pulih dan perusahaan ini kemudian diserahkan kembali oleh BPPN kepada Bank Indonesia pada tahun 2000. BCA sendiri mengambil langkah besar menjadi perusahaan go public dengan Penawaran Saham Perdana pada tahun 2000 menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana tersebut, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua terjadi pada pada bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi saham kepemilikannya atas perusahaan ini.
            Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat strategis kepada Farindo Investment, Ltd yang berbasis di Mauritius, dengan komposisi per 30 Juni 2009 adalah sebagai berikut:
1.            Farindo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) Farallon Capital Management LLC sebesar 47.15%.
2.            Anthony Salim sebesar 1.76%.
3.            Saham dibeli kembali PT. Bank Central Asia Tbk. (treasury stock) sebesar 1.18%.
4.            Masyarakat sebesar 49.94%.
            Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah ratio. Dalam hal Untuk memahami suatu bisnis dalam kondisi berkembang atau tidak, maka anda perlu mempelajari laporan keuangan, yang terdiri dari: Balance Sheet (neraca keuangan), Income Statement (Laporan Laba Rugi) dan Cash Flow (Laporan arus kas). Dari ketiga hal tersebut, yang paling kritis adalah laporan arus kas atau cash flow. Jika hasil usaha anda terdiri dari berbagai produk/jasa, maka melalui laporan arus kas, anda akan bisa melihat produk atau jasa mana yang paling menguntungkan, usaha mana yang paling banyak mengeluarkan biaya, usaha mana yang perputarannya cepat tetapi marginnya kecil, dan sebagainya. Bahkan dari hal ini kita bisa mengenal seperti apa tipe pelanggan anda, apakah ada perubahan keinginan konsumen yang terlihat dari pergeseran arus kas dari penjualan produk/jasa tertentu. Dari laporan keuangan, terutama arus kas, anda bisa membaca semuanya, dan memperkirakan bagaimana prospek penjualan suatu produk untuk beberapa minggu ke depan. Debt to Equity Ratio (DER) sendiri dapat dimengerti sebagai merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
            Karenanya penulis dengan ini tertarik untuk mengangkat judul penelitian kali ini yakni “Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan”.

2. Rumusan Masalah
            Sesuai dengan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan?”



3. Tujuan Penelitian
            Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah: untuk menguji hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan.

4. Manfaat Penelitian
            Adapun dari penelitian ini dapat diambil manfaat berupa :
1.      Bagi Penulis
memberikan pengetahuan yang bermanfaat dengan mengetahui hasil dari hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan.
2.      Bagi Perusahaan
sebagai sumbangan pemikiran dan masukan kepada pihak manajemen perusahaan terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Net Cashflow PT. BCA Cabang Medan.
3.      Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan
sebagai tambahan literatur dan kepustakaan universitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Harapan Medan.
4.      Bagi Pihak Lainnya
sebagai bahan rujukan, referensi dan sumber informasi alternatif bagi pihak-pihak yang memiliki kesamaan kepentingan yang melakukan penelitian serupa.



B. Kajian Pustaka
1. Kerangka Teoritis
1.1 Debt To Equity Ratio (DER)
            Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) menurut Agnes Sawir (2003:13) adalah “Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.”
            Tujuan yang harus dicapai oleh manajer keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau melalui maksimisasi nilai perusahaan. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh dimasa datang. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah laba per lembar saham atau earning per share yaitu dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi deviden saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan.. Apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan harga saham akan turun karena resiko usahanya semakin besar. Frank J. Fabozzi (2000:861). Dengan demikian total kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham  dikalikan dengan harga pasar per lembar saham.
            Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan struktur modal yang baik, dalam hal ini adalah penggunaan debt to equity ratio akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam bentuk peningkatan earning per share. Kesimpulan tersebut didukung pula oleh  Syarifuddin Alwi (1994 ;342) yaitu :
            “Analisis struktur modal sangat penting bagi perusahaan karena keputusan tentang Debt to Equity Ratio (DER) tertentu akan mempengaruhi baik nilai saham maupun earning per share. Nilai saham yang tinggi akan menarik bagi pemegang saham dan bagi investor untuk membeli saham perusahaan.”

1.2 Cash Flow
            Apabila telah dijalankan usaha sesuai strategi bisnis yang telah dikaji sebelumnya, hasil akhir dari pengelolaan usaha tadi akan tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dapat dibuat secara mingguan, bulanan, triwulanan atau tahunan. Perusahaan yang baik, minimal akan membuat laporan keuangan minimal secara bulanan, namun cash flow sebaiknya di buat mingguan. Arus kas ibaratnya seperti darah segar ditubuh kita, oleh karena itu sebagai pimpinan perusahaan atau orang yang bertanggung jawab di bidang keuangan, anda harus mencermati aliran kas tersebut.
            Pengertian Arus Kas menurut Ridwan S. Sundjaya dan Inge Barlian (2001:61) menyatakan “Arus kas adalah ringkasan aliran kas untuk suatu periode tertentu, laporan ini kadang disebut laporan sumber dan penggunaannya operasi perusahaan, investasi, dan aliran kas pembiayaan serta menunjukkan perubahan kas dan surat berharga selama periode tersebut”.
            Aliran kas dalam perusahaan mencakup dua sektor, yaitu sebagai berikut:
1.            Aliran Kas Masuk (Cash Inflow)
Di dalam aliran kas masuk terdapat aliran kas yang bersifat Continue dan yang bersifat intermittent. Aliran kas masuk yang bersifat Continue, misalnya aliran kas yang berasal dari hasil penjualan tunai, penerimaan piutang, dan sebagainya. Sedangkan aliran kas yang bersifat Intermittent misalnya yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, dan sebagainya.
2.            Aliran Kas Keluar (Cash Outflow)
Pada umumnya aliran kas keluar adalah pengeluaran untuk biaya-biaya, baik biaya-biaya utama (operating), maupun biaya-biaya bukan utama (non operating). Di dalam aliran kas keluar yang terdapat aliran kas yang sifatnya terus-menerus (Continue), misalnya pembelian tunai bahan mentah, pembayaran gaji dan upah karyawan, dan sebagainya. Sedangkan aliran kas keluar yang sifatnya tidak Continue,misalnya pembayaran bunga, pembayaran deviden, pembelian kembali saham perusahaan, aktiva tetap, dan sebagainya.
            Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:99-100), aliran kas perusahaan dibagi atas 3 bagian utama:
1.      Aliran kas dari aktivitas operasi yaitu aliran kas yang berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan produk maupun jasa perusahaan.
2.      Aliran kas dari aktivitas investasi yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan aktiva tetap maupun investasi pada bisnis lain, dimana pembelian mengakibatkan kas keluar dan transaksi penjualan menghasilkan kas masuk.
3.      Aliran kas dari aktivitas pendanaan yang dihasilkan dari pinjaman dari ekuitas.
            Net Cashflow sendiri merupakan terminology akuntasi atas Free Cashflow yang berarti keadaan keuangan perusahaan dalam suatu periodisasi tertentu yang merupakan hasil bersih yang didapat dari pengurangan arus kas operasi perusahaan terhadap hasil belanja modal. Net Cashflow (Net Free Cash Flow) adalah hasil pengurangan dari arus kas operasi perusahaan, biaya modal untuk menjaga tingkat stabil perusahaan ketika terjadi operasi perusahaan, bagian lancar dari hutang jangka panjang perusahaan dan penyusutan. Secara garis besar yang lebih mudah, Arus Kas Bersih merupakan hasil pengurangan Penerimaan Kas perusahaan yang dikurangi dengan Pembayaran Tunai Perusahaan dalam satu periodisasi waktu tertentu, atau hasil penambahan dari 3 bagian utama arus kas yang telah dijabarkan di atas yaitu ; Aliran kas dari aktivitas operasi, Aliran kas dari aktivitas investasi dan Aliran kas dari aktivitas pendanaan.

2. Hipotesis
            Hipotesis dalam penelitian kali ini adalah :
            “Ada hubungan yang positif dan signifikan variabel Debt to Equity Ratio (DER) terhadap variabel Net Cahflow PT. BCA Cabang Medan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar